Jumat, 15 Maret 2013



 
Makna Referensial dan Non Referensial
Perbedaan makna referensial dan non refernsial berdasarkan ada tidaknya referen dari kata-kata itu. Jika kata-kata itu mempunyai makna refren yaitu sesuatu diluar bahasa yang diacuh oleh kata itu maka kata tersebut bermakna referensial. Kalau kata-kata itu tidak mempunyai reverend maka kata itu disebut kata bermakna non referend. Kata meja dan kursi termasuk kata yang bermakna referensial, karena keduanya mempunyai refren, yaitu sejenis prabot rumah tangga yang disebut “meja” dan “kursi”.
Makna referensial adalah makna yang berrhubungan langsung dengan kenyataan atau acuan. sedangkan makna nonreferensial adalah kata yang tidak mempunyai refensial atau tidak memiliki acuan.
Contoh referensial orang itu menampar orang.
Nonreferensial gelas dan piring adalah bermakna non refensial yaiti sejenis perabotan rumah tangga.
Makna Denotatif dan Konotatif
Makna denotative adalah makna yang menyampaikan sesuatu yang bersifat fakta. Sedangkan makna konotatif adalah makna yang bukan sebenarnya. Contonya :
Denotatif :
1.      Mas parto membeli susu sapi atau akhirnya, prampok bank itu mampus ditangan polisi.
2.      Trisna makan nasi maksudnya kata makan berarti memasukkan sesuatu ke dalam mulut.
Konotatif :
1.   Dasar kau panjang tangan! Atau perutnya sudah berteriak minta makan.trisna
2.   Trisna makan hati oleh kijok maksudnya kata makan disini diartikan sebagai sakit hati.



Makna Konseptual dan Makna Asosiatif
Makna konseptual adalah makna sesuai dengan konsepnya, makna yang sesuai dengan referendnya dan makna yang bebas dari asosiasi atau hubungan apapun. Sedangkan asosiatif adalah makna yang dapat dibedakan berdasarkan ada atau tidaknya hubungan asisiatif, refleksi makna, sebuah kata dengan makna lain.
Contoh :
1.      konseptual (kata  kursi memiliki makna konseptual sebuah tempat yang digunakan untuk duduk),
2.      Asosiatif (kata kursii berasosiasi dengan kekuasaan)atau kata melati berasosiasi dengan sesuatu yang suci atau kesucian. Kata merah berarti berani atau paham komunis.


BAB II PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penulis menyimpulkan bahwa Makna pengajaran pada siswa di SMP masih banyak yang belum menguasai makna yang bersifat makna yang tidak sebenarnya atau kiasan .karena siswa masih sedikit kosa katanya ,sehingga mereka masih binggung dengan kata-kata yang bersifat kias dan dalam pemahaman mereka masih perlu bimbingan dari guru .

3.2 Saran
Sebagai generasi penerus bangsa terutama jurusan bahasa dan sastra Indonesia, mulailah dari sekarang untuk mengembangkan karya sastra dengan belajar berkarya dan terus berkarya. Dan sebagai  calon pendidik yaitu sebagai calon guru bahasa Indonesia sebaiknya lebih memperhatikan dan juga memahami serta mengapresiasikan bahasa  kepada anak didik kita agar proses pembelajaran tersebut dapat berjalan dengan lancar. Penulis telah berusaha semaksimal mungkin menyempurnakan makalah ini. Namun apabila terjadi kesalahan dalam penulisan makalah kami mohon maaf, dan penulis senantiasa menerima kritikan dan saran dari pembaca sebagai perbaikan makalah kedepannya.


 DAFTAR PUSTAKA

Djajasudarma , Fatimah.2009, Semantik 1 Makna Leksikal dan Gramatikal. Bandung : Revika Aditama
               Djajasudarma , Fatimah.2009, Semantik 2 Pemahaman Ilmu Makna. Bandung : Revika Aditia
Aminudin. 2010. Semantik Pengantar Studi Tenteg Makna. Bandung : Sinar Baru Algensindo
Faizah, Hasnah. 2010. Linguistik Umum. Pekanbaru: Cendikia Insani
               Chaer, Abdul. 2009, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta
Sugiono,Dkk.2008.Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta:Balai Pustaka
Alwi Hasan,Dk.2007.Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta:Balai Pustaka
               Dardjowidjojo, Soenjojo dkk. 2010, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta :Balai Pustaka



Jumat, 01 Maret 2013

Makna Pengajaran Di SMP


BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai alat komunikasi verbal bahasa merupakan suatu  sistem lambang bunyi yang bersifat arbiter. Maksudnya, tidak ada hubungan wajib antara lambang sebagai hal yang menandai yang berwujud kata atau leksem dengan benda atau konsep yang ditandai, yaitu relefan dari kata atau leksem tersebut.
Kata semantik dalam bahasa Indonesia( Inggris: semantics) berasal dari bahasa yunani sema( kata benda yang berarti “ tanda” atau “ lambang” ). Kata kerjanya adalah semaino yang berarti  “menandai” atau “melambangkan”. Yang dimaksud dengan tanda atau lambang disini sebagai padanan kata  sema adalah  tanda linguistik.
Kata semantik ini sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Atau dengan kata lain, bidang studi dalam linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Oleh karena itu, kata semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti, yaitu salah satu dari tiga tataran analisis bahasa: fonologi, gramatika dan semantik.
Semantik mengandung pengertian yaitu studi tentang makna. Dengan anggapan bahwa makna menjadi bagian dari bahasa, makna semantik merupakan bagian dari linguistik. Seperti halnya bunyi dan tata bahasa, komponen makna dalam hal ini juga menduduki tingkat pertama, tata bahasa pada tingkat kedua, makna komponen menduduki tingkatan paling akhir. Hubungan ketiga komponen makna itu sesuai dengan kenyataan bahwa, bahasa pada awalnya merupakan bunyi-bunyi abstrak yang mengacu pada adanya lambang-lambang tertentu, lambang-lambang merupakan seperangkat sistem yang memiliki tataran dan hubungan tertentu, dan seperangkat lambang yang memiliki bentuk dan hubungan mengasosiasikan adanya makna tertentu. Oleh karena itu makna, sebagai penghubung bahasa dengan dunia luar, sesuai dengan kesepakatan para pemakainya segingga dapat saling dimengerti, dalam keseluruhannya memiliki tiga tingkat keberanian. Pada tingkat pertama, makna menjadi isi abstraksi dalam kegiatan bernalar secara logis sehingga membuahkan proposisi yang benar. Tingkat kedua, makna menjadi isi dari suatu bentuk kebahasaan. Pada tingkat ketiga, makna menjadi isi komunikasi yang mampu membuahkan informasi tertentu.

1.2 Masalah
Kami menyimpulkan bahwa  masalah makna pengajaran pada siswa di SMP masih banyak yang belum menguasai makna yang bersifat makna yang tidak sebenarnya atau kiasan .karena siswa masih sedikit kosa katanya ,sehingga mereka masih binggung dengan kata-kata yang bersifat kias dan dalam pemahaman mereka masih perlu bimbingan dari guru .



















BAB 11 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Makna
Makna adalah pertautan yang ada diantara unsure-unsur bahasa itu sendiri (terutama kata-kata).makna menurut palmer (1976:30)hanya menyangkut intrabahasa .Sejalan dengan pendapat tersebut lyons(1977:204)menyebut bahwa mengkaji atau memberikan makna suatu kata ialah memahami kajian kata tersebut yang berkenaan dengan hubungan-hubungan makna yang membuat kata tersebut berbeda dari kata-kata lain .Artinya dalam hal ini menyangkut makna leksikal yang cendrung terdapat didalam kamus sebagai leksikon .
      2.1.1  Pengertian Makna Dalam Pemakaian Sehari-Hari
      Dalam pemakaian sehari-hari, kata makna digunakan dalam berbagai bidang maupun konteks pemakaian,. Apakah pengertian khusus kata makna tersebut serta perbadaannya dengan ide, misalnya, tidak begitu diperhatikan. Sebab itu, sudah sewajarnya bila makna juga sejajarnya pengertiannya dengan arti, gagasan, konsep, pernyataan, pesan, informasi, maksud, firasat, isi, dan pikiran. Berbagai pengertian itu begitu saja disejajarkan dengan kata makna karena keberadaanya memang tidak pernah dikenali secara cermat dan dipilihkan secara tepat.
      Dari sekian banyak pengertian yang diberikan itu, hanya arti yang paling dekat pengertiannya dengan makna. Meskipun dengan demikian, bukan berarti keduanya sinonim mutlak. Disebut demikian karena arti adalah kata yang telah mencakup makna dan pengertian (cf. Kridalaksana, 1982: 15). Pengertian gagasan pada dasarnya memiliki kesejajaran pengwertian dengan pikiran maupun ide.
       2.1.2 Pengertian Makna Sebagai Istilah
      Kata makna sebagai istilah mengacu pada pengertian yang sangat luas. Makna ialah hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh para pemakai bahasa sehingga dapat saling dimengerti (cf. grice, 1957; Bolinger, 1981: 108). Dari batasan pengertian itu dapat diketahui adanya tiga unsur pokok yang tercakup di dalamnya, yakni (1) makna adalah hasil hubungan antara bahasa dengan dunia luar, (2) penentuan hubungan terjadi karena kesepakatan para pemakai, serta (3) perwujudan makna itu dapat digunakan untuk menyampaikan informasi sehingga dapat saling dimengerti.

            2.1.3 Pengertian Makna Dalam Pendekatan Referensial
      Dalam pendekatan referensial, makna diartikan sebagai label yang berada dalam kesadaran manusia untuk menunjukan dunia luar. Sebagai label atau julukan, makna itu hadir karena adanya kesadaran pengamatan terhadap fakta dan penarikan kesimpulan  yang keseluruhannya berlangsung secara subjektif. Terdapatnya julukan simblik dalam kesadaran individual itu, lebih lanjut memungkinkan manusia untuk menyusun dan mengembangkan skema konsep.
            2.1.4 Pengertian Makna Dalam Pendekatan Ideasional
      Skema konsep yang dianggap bersifat individual, karena dunia kita adalah dunia yang satu ini juga, pada akhirnya bisa menjadi milik bersama. Seorang petani adalah satu di antara petani lainnya, seorang penyair adalah satu di antara penyair lainnya. Kelemahan lain yang sangat menarik sehubungan dengan kajian pada butir ini adalah meniadakan hubungan hakiki makna dan bahasa sebagai hubungan antara bentuk dan isi, mencabut makna dari konvensi dan mengeluarkannya dari konteks komunikasi. Dalam pendekatan ideasional, makna adalah gambaran gagasan dari suatu bentuk kebahasaan yang bersifat sewenang-wenang, tetapi memiliki konvensi sehingga dapat saling dimengerti.
            2.1.5 Pengertian Makna Dalam Pendekatan Behavioral
Dalam dua pendekatan yang telah diuraikan di depan, dapat diketahui bahwa (1) pendekatan referensial dalam mengkaji makna lebih menekankan pada fakta sebagai objek kesadaran pengamatan dan penarikan kesimpulan secara individual, dan (2) pendekatan ideasional lebih menekankan pada keberadaan bahasa sebagai media dalam mengolah pesan dan menyampaikan informasi. Keberatan dari pendekatan behavioral terhadap kedua pendekatan tersebut, salah satunya adalah, kedua pendekatan itu telah mengabaikan konteks sosial dan situsional yang oleh kaum behavioral dianggap berperanan penting dalam  menetukan makna.
            2.1.6 Penerapan Tiga Pendekatan Dalam Studi Makna
      Dari ketiga pendekatan yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan pertama mengaitkan makna dengan masalah nilai serta proses berpikir manusia dalam memahami realitas lewat bahasa secara benar, pendekatan kedua mengaitkan makna dengan kegiatan menyusun dan menyampaikan gagasan lewat bahasa, dan pendekatan ketiga mengaitkan makna dengan fakta pemakaian bahasa dalam konteks sosial-situasional.
makna sebagai penghubung bahasa dengan dunia luar sesuai dengan kesepakatan para pemakainya sehingga dapat saling mengerti .makna mempunyai tiga tingkatan keberadaan,yakni :
1.   makna menjadi isi dari suatu bentuk kebahasaan .
2.   makna menjadi isi dari suatu kebahasaan .
3.   makna menjadi isi komunikasi yang mampu membuahkan informasi tertentu .

pada tingkat pertama dan kedua makna dilihat dari segi hubungannya dengan penutur,sedangkan pada tingkat ketiga makna lebih ditekankan pada makna dalam komunikasi .komunikasi .mempelajari makna pada hakikatnya berati mempelajari bagaimana setiap pemakai bahasa dalam suatu masyarakat bahasa saling mengerti .


filosof dan linguis mencoba menjelaskan tiga hal yang berhubungan dengan makna ,yakni :
1.      makna kata secara ilmiah
2.      mendeskripsikan makna secara ilmiah
3.      menjelaskan proses komunikasi
Kemson melihat pula kemungkinan untuk menjelaskan makna dari segi kata ,kalimat,dan apa yang diperlukan penyapa untuk berkomunikasi.orang awam melihat makna kata tentunya dari kamus yang sebenarnya adalah makna leksikal atau keterangan daari leksem itu sendiri .pernyataan lyons (1977)dan palmer ( 1974)terdahulu ,bahwa makna kata tidak lepas dari makna lain ,merupakan makna gramantikal sesuai dengan hubungan antar unsur .kadang-kadang kita tidak puas dengan makna kata yang kita cari ,terutama untuk makna idom ,peribahasa,majas ,metafora ,dan ungkapan.kenyataan menunjukan bahwa banyak kata dengan bermacam ragam makna bila dihubungkan dengan kata lainnya ,mengakibatkan suatu kata dihubungkan dengan kata b menghasilkan c seperti :
contoh makna bahasa yang digunakan oleh siswa SMP ,yaitu :
contoh pertama :
1)   ratna saya pinjam hondanya ya ?
2)   motorku merek Honda .

Disini  anak SMP mengartikan bahwa kata honda berartikan sepeda motor atau kendaraan bermotor ,padalah kata honda disini adalah merek motor .padahal didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata motor maknanya mesin yang menjadi penggerak;sepeda motor.  kalimat pertama adalah bahwa anak SMP masih belum bisa mebedakan antara motor dengan Honda ,dia menyebutkan kata Honda disana seharusnya motor sedangkan makna yang kedua benar bahwa motor yang dipunya oleh saya adalah Honda .dari penjelasan tersebut kita bisa ambil kesimpulan bahwa kata Honda menyerobot makna kata motor .
contoh kedua :
1)      “Lucu-lucu banget sih mainan ini ”
2)      “Bonekanya lucu ya?”
3)      “Lucu ih, beli di mana tasnya ?”
disini  anak SMP mengartikan bahwa kata lucu berartikan bagus dan imut .padahal didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata lucu adalah mengelikan hati,menimbulkan tertawa ;jenaka. Dari penjelasan tersebut, bisa ditarik simpulan bahwa kata lucu menyerobot makna kata imut-imut. padahal seharusnya anak SMP ini mengucapkan kata lucu ini sebagai hal yang mengelikan hati atau tertawa seperti :
1)     tokoh yang dimainkan oleh lia dalam drama ini sangat lucu .
2)     lucu sekali dandanan para wayang itu ,
mengapa kami menyimpulkan hal seperti ini ,sebab kata lucu dalam penjelasan diatas sudah menyampaikan arti kata yang sebenarnya .sedangkan pada kata lucu yang diartikan imut sangat bertentangan dengan arti kata yang sebenarnya .
Untuk dapat memahami apa yang disebut dengan makna atau arti, kita perlu menoleh kembali kepada teori yang dikemukaan oleh ferdina de sausure, bapak linguistic moderend yang namanya sudah disebut-sebut pada bab pertama, yaitu mengenai yang disebut handa linguistic (prancis:signe’linguistique).  Menurut ferdina de sausure setiap tanda linguistic terdiri dari dua unsure yaitu:
1.      Yang diartikan
2.      Yang mengartikan
Sedangkan yang mengartikan adalah tidak lain dari pada bunyi-bumyi itu, yang terbentuk dari fonema bahasa yang bersangkutan. Jadi, dengan kata lain setiap tanda linguistic terdiri dari unsure bunyi dan unsure makna. Kedua unsure ini adalah unsure dalam bahasa yang biasanya merujuk atau mengacu kepada sesuatu referend yang merupakan unsure luar bahasa.
Umpamanya tanda linguistic yang dieja <meja>. Tanda ini terdiri dari unsure makna atau yang diartikan “meja”. Dan unsure bunyi atau yang mengartikan dalam wujud runtunan fonem {m,e,j,a}. lalu tanda <meja> ini, yang dalam hal ini terdiri dari unsure makna dan unsure bunyinya mengacu kepada suatu reverend yang berada diluar bahasa, yaitu sebuah meja.
Sebuah kata atau leksem mengandung makna atau konsep itu. Makna atau konsep bersipat umum, sedangkan sesuatu yang dirujuk yang berada diluar dunia bahasa, bersifat tertentu: umpamanya kata meja, yang sudah kita sebut-sebut diatas mengandung konsep meja pada umumnya, meja apasaja, atau segala macam meja.
Hubungan antara kata <meja>sebagai sing dengan maknanya atau konsepnya adalah bersifat lansung. Hubungan antara kata dengan makna seperti sudah disebutkan pada bab terdahulu, memang bersifat arbiter. Artinya tidak ada hubungan wajib antara deretan fonem pembentuk kata itu dengan maknanya.
Contoh ketiga :
1)     Dia duduk di meja hijau (makna sebenarnya )
2)     Dia duduk di meja hijau (makna sebenarnya)
Disini anak smp mengartikan kata meja hijau baru sekedar yang dia ketahui adalah meja yang berwarna hijau .padahal makna dari meja hijau itu adalah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI :2007:728)mengatakan bahwa meja hijau adalah pengadilan .dari penjelasan tersebut ,terlihat bahwa anak smp dapat kita simpulkan belum bisa menerjemahkan kata-kata yang mengandung kias .
Sebenarnya, tulisan ini bukan bermaksud ingin melarang-larang pergeseran makna suatu bahasa, bukan pula saya ingin mengkritik penggunaan bahasa nonformal, apalagi melarang penggunaan bahasa nonformal. Bahasa nonformal itu wajar karena merupakan suatu kreasi bahasa oleh penutur pula. Bahasa standar yang dianggap monoton, tidak berwarna/berkesan karena memang mempertahankan kenetralan, dan kurang fleksibel dimodifikasi sedemikian rupa dengan pelanggaran beberapa kaidah bahasa yang kurang baik sehingga lebih berwarna, bernuansa, dan fleksibel  yang oleh peristilahan para remaja, dinobatkan sebagai bahasa gaul.
Silakan pergunakan istilah-istilah aneh dan macam-macam dalam berbahasa dalam konteks yang sesuai . Bagi saya itu bagus dan akan menambah menarik bahasa Indonesia. Akan tetapi, alangkah indahnya gunakan istilah yang sudah ada dengan baik dan sesuai logika maknanya.
2.2 Pendekatan Makna
Pendekatan  makna yang akan diungkapkan di sini antara lain pendekatan yang dikemukakan oleh Wittgenstein (1953) dan pendekatan yang dikemukakan Nida (1975). Wittgenstein adalah tokoh pendekatan makna secara operasional ( pendekatan yang dapat menentukan tepat menentukan tepatnya makna sebuah makna, di dalam kalimat) dalam bahasa Indonesia seperti apa :
1)      Anak-anak pukul satu lekas pulang
2)      Anak-anak pukul satu cepat pulang
Pada (1) lekas maknanya sama (sinonim) dengan cepat melalui tes subtitusi (penyulihan). Contoh lain pada kalimat berikut sebab sinonim dengan karena:
3) Ia tidak pergi ke sekolah karena sakit
4) Ia tidak pergi ke sekolah sebab sakit
Hal tersebut dibahas di dalam sinonim kata yang dapat saling menyulih ( sinonim mutlak ).

2.3 Aspek Makna
Aspek makna menurut Palmer (1976) dapat dipertimbangkan dari fungsi, dan dibedakan atas :
2.3.1  Sense (pengertian)
Makna pengertian disebut juga tema, yang melibatkan ide atau pesan yang dimaksud. Didalam hal ini menyangkut tema pembicaan sehari-hari. Misalnya tentang cuaca:
a)      Hari hujan
b)      Hari ini mendung
2.3.2  Feeling (perasaan)
Aspek perasaan berhubungan dengan sikap pembicaraan dengan situasi pembicaraan. Misalnya :
a)      Turut berduka cita
b)      Ikut bersedih
2.3.3 Tone (nada)
Aspek makna nada adalah (sikap pembicara terhadap kawan bicara) atau dikatakan pula sikap penyair atau penulis dalam pembaca.
a)      Orang itu tidak tertarik tetapi menarik
b)      Kereta api dari yogya sudah datang
c)      Kereta api dari yogya sudah datang ?
d)      Pergi !
2.3.4 Intension (tujuan)
Tujuan atau maksud yang, baik yang didasari maupun tidak, akibat usaha dari peningkatan. Apa yang kita ungkapkan didalam makna aspek tujuan memiliki maksud tertentu. Misalnya : “penipu kau” tujuannya supaya kawan bicara mengubah kelakuan (tindakan)yang tidak diinginkan.
2.4 Jenis Makna
Sesunggunya jenis atau tipe makna itu memang dapat dibedakan berdasarkan beberapa criteria dan sudut pandang. Berdasarkan jenis semantiknya dapat dibedakan antara makna leksikal dan makna gramatikal, berdasarkan ada tidaknya referensi ada sebuah kata atau leksem dapat dibedakan adanya makna referensial dan makna non referensial, berdasarkan ada tidaknya nilai pada sebuah kata atau leksem dapat dibedakan adanya makna denotative dan makna konotatif berdasarkan ketetapan maknanya dikenal adanya makna kata dan makna istilah atau makna umum dan makna kusus. Lalu berdasarkan criteria lain atau sudut pandangan lain dapat disebutkan adanya makna –makna asosiatif, kolokatif, reflektif, idimatif, dan sebagainya.
2.4.1 Makna Leksikal dan Makna Gramatikal
Leksikal adalah bentuk ajektif yang diturunkan dari bentuk. Satuan dari leksikon adalah leksem, yaitu satuan bentuk bahasa yang bermakna. Kalau leksikon kita samakan dengan kosa kata atau perpedaan kata, maka leksem dapat kita persamakan dengan kata. Makna leksikal dapat diartikan sebagai makna yang bersipat leksikon, bersipat leksem, atau bersipat kata. Umpanya kata tikus makna leksikalnya adalah makna sebangsa binatang pangerat yang dapat menyebabkan penyakit tipus. Makna ini tanpa jelas dalam kalimat tikus itu mati diterkam kucing, atau dalam kalimat panen kali ini gagal akibat serangan hama tikus. Kata tikus pada kedua kalimat itu jelas merujuk kepada ingatan tikus, bukan kepada yang lain.
Makna leksikal biasanya dipertentangkan atau diokposisikan dengan makna gramatiakal. Kalau makna leksikal itu berkenaan dengan makna leksem atau kata yang sesuai dengan reflendnya maka makna gramatiakal ini adalah makna yang hadir sebagai akibat adanya proses gramatikal seperti proses apikasi, proses redupikasi, dan proses komposisi. Contoh makna leksikal dan gramantikal yang ada pada kalangan SMP :
1)      Tikus itu mati diterkam kucing (makna tikus adalah binatang yang menyebabkan penyakit )makna leksikal
2)      Buku yang bermakna “sebuah buku yang bermakna”makna buku “


2.4.2 Makna Referensial dan Non referensial
Perbedaan makna referensial dan makna non referensial berdasarkan ada tidaknya reverend dari kata-kata itu. Bila kata-kata itu mempunyai refren, yaitu sesuatu diluar bahasa yang diacuh oleh kata itu maka kata tersebut disebut kata bermakna refrensial. Kalau kata-kata itu tidak mempunyai reverend maka kata itu disebut kata bermakna non referensial. Kata meja dan kursi termasuk kata yang bermakna refensial, karena keduanya mempunyai refren, yaitu sejenis prabot rumah tangga yang disebut “meja” dan “kursi”.
2.4.3 Makna Denotatif dan Konotatif
Perbedaan makna denotatif dan konotatif didasarkan pada ada atau tidak adanya “ nilai rasa” pada sebuah kata. Setiap kata, terutama yang disebut kata penuh, yang mempunyai makna denotative, tetapi tidak setiap kata itu mempunyai makna konotatif. Sebuah kata tersebut mempunyai makna konotatif apabila kata itu mempunya  “nilai rasaa“, baik positif maupun negative. Makna denotative sering juga disebut makna denotasional, dan makna konseptual, atau makna konitife karena dilihat dari sudut yang lain pada dasarnya sama dengan makna refensial sebab makna denotative ini lajim diberi penjelasan sebagai makna yang sesuai dengan hasil obserpasi menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman lainya.contoh makna denotatif pada kalangan anak SMP adalah :
1)      Wira makan nasi
Kata makan berarti memasukan sesuatu ke dalam mulut
Contoh makna konotatif pada kalangan anak SMP adalah :
2)      Trisna makan hati dengan kijok
Kata makan disini diartikan sebagai sakit hati


2.4.4 Makna Konseptual dan Makna Asosiatif
Perbedaan makna konseptual dan makna asosiatife didasarkan pada ada atau tidaknya ada hubungan (asosiasi) makna sebuah kata dengan kata-kata lain. Secara garis besar membedakan makna atas makna konseptual dan makna asosiatif, dalam makna asosiatif termasuk makna konotatife, stilistik, afektife, refleksi ddan kolokatif.
Makna konseptual adalah makna sesuai dengan konsepnya, makna yang sesuai dengan refrendnya, dan makna yang bebas dari asosiasi atau hubungan apapun. Sedangkann makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah kata yang berkenaan dengan adanya hubungan kata itu lengakap diluar bahasa.
Contoh di kalangan SMP adalah :
1.      konseptual kata kuda memiliki konseptual sejenis binatang berkaki empat yang bisa dikendarai .
2.      asosiatif kata melati berasosiasi dengan sesuatu yang suci atau kesucian .kata merah berarti berani atau paham komunis .
2.4.5Makna Idiomatikal dan Pribahasa
Yang dimaksud dengan ideom adalah satuan bahasa bisa berupa kata atau prase, maupun kalimat, yang maknanya ttidak dapat diramalkan dari makna leksikal unsure-unsurnya maupun gramatikal satu-satuan tersebut. Perlu diketahui juga adanya dua macam bentik ideom dalam bahasa Indonesia yaitu : idiom penuh dan idiom sebagian. Idiom penuh adalah idiom yang unsure-unsurnya secara keseluruhan sudah merupakan satu kesatuan dengan satu makna. Sedangkan pada idiom sebagian masih ada unsure yang memiliki makna leksikalnya sendiri. Contoh makna dikalangan SMP adalah :
1. makna idiomatikal kata ketakutan,kesedihan ,keberanian dan kebimbangan memiliki makna hal yang disebut makna dasar .kata rumah kayu bermakna rumah yang terbuat dari kayu.
2. makna pribahasa bersifat memperbandingkan atau mengumpamakan maka lazim juga disebut dengan perumpamaan .”putri malam “disini diartikan sebagai makna bulan .
Contoh pribahasa : ada air ada ikan artinya dimanapun kita tinggal rezeki akan selalu ada.
2.4.6 makna kias
dalam kehidupan sehari-hari dan juga dalam kamus umum bahasa Indonesia susunan W.J.S Poerwadarminta ada digunakan istila arti kiasan. Tampaknya penggunaan istila arti kiasan ini sebagai oposisi dari arti sebenarnya. Semua bentuk bahasa baik kata, frase, maupun kalimat yang tidak merujuk pada arti sebenarnya (arti leksikal, arti konseptual, denotatife) mempunyai arti kiasan. Contohnya makna di SMP :
1)      tangan kanan ani terkena air panas (makna sebenarnya )
2)      dia menjadi tangan kanan ibuku (makna kias )


2.4.7 Makna Ilokusi dan Perlokusi
Yang dimaksud dengan makna ilokusi adalah makna seeperti yang dinyatakan dalam ujaran, makna harivia, atau makna apa adanya. Sedangkan yang dimaksud dengan makna ilokasi adalah makna seperti yang dipahami oleh pendengar, (sindiran) yang dimaksud dengan makna perlokasi adalah makna seperti yang diinginkan oleh penutur. Contoh ilokusi dan perlokusi yang ada dikalangan SMP :
1. ilokusi “sudah satu minggu lantai ruangan ini tidak disapu artinya menyuruh untuk menyapu “.
2. perlokusi “kamu datang sesuai jadwal biasanya saja” (disini dijelaskan bahwa maknanya sebenarnya dan memaklumi orang yang akan datang ini karena rumah dia jauh ).












BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kami menyimpulkan bahwa Makna pengajaran pada siswa di SMP masih banyak yang belum menguasai makna yang bersifat makna yang tidak sebenarnya atau kiasan .karena siswa masih sedikit kosa katanya ,sehingga mereka masih binggung dengan kata-kata yang bersifat kias dan dalam pemahaman mereka masih perlu bimbingan dari guru .

3.2 Saran
Saran kami adalah kita sebagai generasi penerus bangsa terutama jurusan bahasa dan sastra Indonesia, mulailah dari sekarang untuk mengembangkan karya sastra dengan belajar berkarya dan terus berkarya. Dan sebagai  calon pendidik yaitu sebagai calon guru bahasa Indonesia sebaiknya lebih memperhatikan dan juga memahami serta mengapresiasikan bahasa  kepada anak didik kita agar proses pembelajaran tersebut dapat berjalan dengan lancar. Dan kami telah berusaha semaksimal mungkin menyempurnakan makalah ini. Namun apabila terjadi kesalahan dalam penulisan makalah kami mohon maaf, dan kami senantiasa menerima kritikan dan saran dari pembaca sebagai perbaikan makalah kedepannya.










DAFTAR PUSTAKA

Djajasudarma , Fatimah.2009, Semantik 1 Makna Leksikal dan Gramatikal. Bandung : Revika Aditama
Djajasudarma , Fatimah.2009, Semantik 2 Pemahaman Ilmu Makna. Bandung : Revika Aditia
Aminudin. 2010. Semantik Pengantar Studi Tenteg Makna. Bandung : Sinar Baru Algensindo
Faizah, Hasnah. 2010. Linguistik Umum. Pekanbaru: Cendikia Insani
Chaer, Abdul. 2009, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta
EYD.2004:68
KBBI.2008
KBBI.2007
Dardjowidjojo, Soenjojo dkk. 2010, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta :Balai Pustaka