LOGO UIR
TUGAS INDIVIDU
PUISI
JENIS-JENIS GAYA BAHASA DAN
FAKTOR KEBAHASAAN DALAM PUISI
Dosen Pembimbing : Drs Darusman AR, M.Pd
Disusun Oleh : WIWIT
Kelas: 3 A
PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas
kehadirat Allah SWT, atas berkat
rahmat-Nya jualah penulis dapat menyelesaikan makalah puisi ini dengan tepat
waktu.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat
mengetahui dan mmemahami tentanggaya
bahasa dalam puisi. penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah ikut membantu, terutama pada dosen pembimbing bapak Drs. Darusman AR,M.Pd
dan media elektronik yang telah membantu
dalam penngetikan makalah ini.
Mudah-mudahan makalah ini dapat
menambah pengetahuan pembaca. Kritik dan saran penulis harapkan untuk
kesempurnaan dalam penulisan makalah selanjutnya.
Pekanbaru, 30 september 2011
penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
1.2
Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Gaya bahasa
2.2 jenis-jenis gaya bahasa
2.3 gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat
2.4 gaya bahasa retoris
2.5
faktor kebahasaan dalam puisi
BAB III PPENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai kegiatan yang terencana,
pendidikan islam memiliki kejelasan tujuan yang ingin dicapai, dengan kata lain
pendidikan islam memiliki visi dan misi, yang dimaksud dengan visi disins
adalah sebuah citi-cita yang ingin dicapai, visi pendidikan islam sesungguhnya
melekat pada visi ajaran islam mulai dari nabi Adam as hingga nabi Muhammad
SAW, yaitu membangun sebuah kehidupan manusia
yang patuh dan tunduk kepada Allah SWT.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini
adalah untuk menambah pengetahuan pembaca tentang gaya bahasa dalam puisinya.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 GAYA BAHASA
Gaya bahasa merupakan salah satu unsur dari sebuah puisi. Gaya bahasa adalah cara
khas menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis atau lisan (moelino, 1989).dalam puisi, penyair
berusaha menyampaikan ide, perasaan dan pikirannya dengan menggunakan bahasa
yang dibuat sedemikian rupa sehingga tampak indah dan penuh makna. Oleh karena
itu, untuk dapat membaca puisi dengan baik,memahami, memaknai, menganalisis,
dan mengajarkan puisi, kita harus memahami gaya bahasa tersebut.
2.2 Jenis-jenis gaya bahasa
Gaya bahasa itu menghidupkan kalimat dan member gerak pada
kalimat. gaya bahasa itu untuk menimbulkan reaksi tertentu, untuk menimbulkan tanggapan
pikiran kepada pembaca (pradopo, 1987). Setiap pengarang biasanya mempunyai
gaya bahasa sendiri, hal ini sesuai dengan sifat dan kegemaran masing-masing
pengarang. Pengarang menggunakan gaya bahasa yang bermacam-macam untuk
mengungkapkan pikiran dan pembacanya.gaya bahasa sebenarnya merupakan bagian
dari diksi atau pilihan kata. Karena yang dibicarakan disini puisi maka diksi
atau pilihan kata tersebut dilihat penggunaannya dalam sebuah puisi. Yang
dipersoalkan adalah tepat tidaknya pemakaiyan kata, frase, dan kalimat untuk
menggambarkan situasi tertentu dan maksud tertentu.
Untuk memahami dan menggunakan gaya bahasa yang baik, anda
perlu mengetahui unsure-unsur yang perlu ada di dalamnya. Gaya bahasa yang baik
harus mangandung tiga unsure yaitu: kejujuran,sopan santun, dan menarik
(keraf,1987).
1. Kejujuran
Dalam menggunakan gaya bahasa, anda
dituntut untuk berlaku jujur terhadapnya. Kejujuran dalam bahasa berarti anda
harus mengikuti aturan-aturan, kaidah yang baik dan benar dalam berbahasa.
Dalam mengungkapkan pikiran, anda perlu menggunakan kalimat yang panjang dan
berbelit-belit yang menyulitkan pembaca untuk memahaminya, penggunaan kata-kata
yang kurang tepat dan tidak terarah serta penggunaan kalimat yang berbelit-belit adalah jalan untuk mengundang
ketidak jujuran.
2. Sopan-santun Yang dimaksud
dengan sopan-santun adalah member penghargaan atau menghormati orang yang
diajak berbicara, khususnya pendengar atau pembaca.
3. Menarik
Dalam penggunaan gaya bahasa, syarat
kejujuran, kejelasan, dan kesingkatan
baru merupakan langkah awal, syarat lainya yang harus dipenuhi adalah
penggunaan gaya bahasa tersebut menarik.
Dilihat dari segi bahasa, ada beberapa jenis gaya bahasa.
Karaf (1987) mengatakan, ada gaya bahasa berdasarkan pilihan kata, yaitu gaya
bahasa resmi, gaya bahasa tidak resmi, dan gaya bahasa percakapan. Ada gaya
bahasa yang berdasarkan nada, yaitu gaya sederhana, gaya mulia, dan bertenaga,
serta gaya penengah.
2.3 Gaya bahasa berdasarkan struktur
kalimat
Struktur sebuah kalimat dapat dijadikan sebagai dasar untuk
menciptakan gaya bahasa. Struktur kalimat yang dimaksud adalah di mana letak sebuah unsur kalimat yang dipentingkan dalam
kalimat tersebut. Dari hal tersebut kita
mengenal ada kalimat yang bersifat periodik, kendur, dan kalimat berimbang
(keraf,1987). Berdasarkan
ketiga macam
struktur kalimat tersebut di atas, maka
dapat diperoleh gaya bahasa: klimaks,
antiklimaks, paralelisme, antithesis, dan repetisi.
Gaya bahasa berdasarkan makna diukur dari langsung tidaknya makn aitu apakah acuan yang di pakai
masih mempertahankan makna dasar, makna bahasa masih bersifat polos. Gaya
bahasa di kelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu gaya bahasa retoris.
Yang semata-mata merupakan penyimpangan dari konstruksi biasa untuk mencapai
efek tertentu, dan gaya bahasa kiasan.
2.4 Gaya bahasa retoris
Dalam puisi, gaya bahasa retoris ini termasuk salah satu gaya
bahasa yang sering digunakan oleh penyair. Anda pasti sering menemukan gaya
bahasa ini dalam membaca puisi ataupun ketika mendengarkan pembacaan puisi.
Gaya bahasa retoris yang sering kita temukan
dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam. Adapun gaya bahasa retoris
yang sering digunakan oleh penyair dalam mengungkapkan idenya antara lain adalah:
1. Alitrasi
Aliterasi adalah gaya bahasa yang berwujud perulangan
konsonan yang sama.
2. Asonansi
Asonansi adalah gaya bahasa yang berupa perulangan bunyi vocal yang sama.
3. Anostrof
Anastrof adalah gaya bahasa yang diperoleh dengan cara membalikkan
susunan kalimat yang biasa.
4. Apofasis preterisio
Apofasis preterisio adalah gaya bahasa yang menegaskan sesuatu tetapi
tampaknya menyangkal.
5. Apostrof
Apostrof adalah gaya bahasa yang berbentuk pengalihan amanat dari para
hadirin kepada suatu yang tidak hadir.
6. Asindenton
Asidenton adalah gaya bahasa yang menyebutkan banyak orang, atau sifat
yang berturut-turut dengan tidak banyak menggunakan kata penghubung.
7. Polisindenton
Polisindenton adalah gaya bahasa kebalikan dari asindenton.
8. Kiasmus
Kiasmus adalah gaya bahasa yang terdiri dari dua bagian, baik frase atau
klausa, yang sifatnya seimbang, dan dipertentangkan satu sama lain, tetapi
susunan frasa atau klausanya itu terbalik bila dibandingkan dengan frasa atau klausa
lainnya.
9. Ellipsis
Ellipsis adalah gaya bahasa yang menggunakan kalimat elips, artinya ada
kata-kata dalam kalimat tersebut yang dihilangkan.
10. Tautology
Tautology adalah gaya bahasa penyebutan atau pengulangan kata yang telah
disebut-sebut dengan kata-kata yang sama atau hamper sama artinya.
11. Paradoks
Paradox adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengan
fakta-fakta yang ada.
12. Hiperbal
Hiperbal adalah gaya bahasa yang mengandung suatu peryataan yang
berlebihan.
2.5 faktor kebahasaan dalam puisi
Bahasa puisi bersifat khas, berbeda dengan bahasa prosa.
Dalam puisi, penyair kadang menggunakan bahasa yang lain dari bahasa yang kita
gunakan sehari-hari. Untuk mendapatkan irama yang liris dan membuat kepadatan,
kesegaran serta ekspresitas yang lain, penyair bias banyak membuat penyimpangan
dari tata bahasa normative dalam puisi-puisinya. Berikut ini contoh-contoh faktor
kebahasaan dalam puisi.
1. Penyingkatan atau pemendekan kata
Dalam puisi modern sering kita jumpai kata-kata yang dipendekkan.
2. Penghilangan imbuhan
Imbuhan yang biasanya dihilangkan oleh penyair untuk mendapatkan efek
puitisnya yaitu awalan,akhiran,ataupun awalan dan akhiran.
3. Penghapusan tanda baca
Penyair juga sering menghapuskan tanda baca dalam puisi-puisi yang
ditulisnya.
4. Pemutusan kata
Kita sering menjumpai puisi yang di dalamnya terdapat kata-kata yang
diputus. Penyair yang terkenal dengan pemutusan kata-kata dalam puisinya adalah
sutardji calzoum bachri.
5. Penggabungan atau perangkaian dua
kata atau lebih
Efek yang ditimbulkan dengan penggabungan kata-kata tersebut adalah
adanya kesan melebihi-lebihkan.
6. Penyimpanan struktur sintaksis
Kita juga sering menjumpai penyimpangan-penyimpangan dari struktur
sintaksis yang normative. Hal ini dilakukan oleh penyair untuk mendapatkan
irama yang liris, kepadatan, dan ekspresivitas.
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Gaya bahasa dalam puisi merupakan salah satu unsure dari
sebuah puisi. Gaya bahasa adalah cara khas dalam menyatakan pikiran dan
perasaan dalam bentuk tulis atau lisan dalam puisi penyair menyampaikan ide,
perasaan, dan pemikirannya dengan menggunakan bahasa yang dibuat sedemikian
rupa sehingga tampak indah, dan penuh makna.
3.2 SARAN
Makalah ini penulis susun berdasarkan literature yang penulis
miliki. Mudah-mudahan tugas ini dapat bermanfaat bagi para penulis dan pembaca.
Dan sebagai generasi penerus bangsa, terutama jurusan bahasa dan sastra
Indonesia,mulailah dari sekarang untuk mengembangkan karya sastra dengan
belajar berkarya dan terus berkarya. Jika dalam penyajian makalah ini terdapat
kesalahan, kritik dan saran dari pembaca kami terima sebagai instropeksi diri
agar dalam pembuatan tugas selanjutnya bisa lebih baik dan bisa ditingkatkan lagi
dan semua ini demi kesempurnaan untuk kedepannya.